MADRASAH AL-KHOIRIYAH DAN GERAKAN HIZBULLAH DI KOTA JAMBI
(STUDI KASUS PUSAT PENDIDIKAN YANG MENGGERAKKAN KEKUATAN SOSIAL POLITIK DARI TH. 1938-1949)
Oleh: Drs. Fauzi MO. Bafadhol
(Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthon Thoha Saifuddin Jambi)
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN Sulthon Thoha Saifuddin Jambi Tahun 1981/1982
1. Sejarah Pendiriannya
Masa Penjajahan Jepang selama 3 tahun cukup membuat rakyat menderita, keadaan ekonomi rusak, tenaga diperas demi kepentingan penjajah melawan tentara sekutu. Nasib rakyat tak dipikirkan bahkan sandang dan pangan sulit didapat. Namun penderitaan rakyat yang tak terperikan itu bukannya membuat semangat menuju cita-cita Indonesia merdeka menjasi mati, bahkan semakin menggelora. Maka begitu Jepang menyerah kepada tentara sekutu dengan dijatuhinya bom di Hirozima da Nagasaki, bangsa Indonesia cepat-cepat memproklamirkan kemerdekaannya. Lembaran sejarah baru terbuka sesudah berabad-abad hidup menderita dalam cengkraman penjajah. Tantanagan berat menghadang perjalan hidup bangsa, memanggil perjuangan seluruh lapisan masyarakat untuk mempertahankan tetap tegaknya negara Indonesia yang baru saja berdiri.
Di dalam laporan penelitian gerakan Hizbullah di Yogyakart (1945-1948) Abdurrahman menyebutkan bahwa Bernard Johan Boland dalam tulisannya tentang Islam di Indonesia antara tahun 1945-1948 ada tiga keuntungan bagi golongan Islam pada masa pendudukan itu, pertama ide pendirian Kantor Urusan Agama (Shumubu), kedua dasar yang diletakkan bagi pendirina Masyumi, dan ketiga pembentukan Hizbullah yang mempunyai arti penting karena masuknya anggota-anggota Hizbullah dalam TNI. Hizbullah adalah gerakan perjuanagan untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang bernaung di bawah partai polotik yang bermotif keagamaan.
Sesudah Indonesia merdeka dengan azas pemerintahannya demokrasi, maka partai politik sebagai realisasi azas tersebut mmendapatkan tempatnya yang mapan. Pada saat itu lahirlah partai beasr yang berazaskan agama Islam yang bernama Masyumi. Di daerah Jambi selaku pimpinan Masyumi adalah H. MO. Bafadhal. Untuk ikut berpartisipasi dalam pembelaan Negara. Masyumi membentuk abdan pembelaan, dimaskudkan dengan pembelaan disini adalah pembelaan terhadap Negara, bukan pembelaan terhadap partai. Badan pembelaan ini ada dua bagian, yaitu Barisan Sabililillah untuk orang-orang tua dan Barisan Hizbullah untuk angkatan mudanya. Hal ini terjadi pada tahun 1946 sebagi tahun lahirnya gerakan Hizbullah.
2. ANGGOTA GERAKAN HIZBULLAH
Karena gerakan Hizbullah merupakan badan pembelaan dari partai Masyumi, maka anggotanya adalah para anggota partai Masyumi dari angkatan mudanya. Di samping anggota-anggota resmi, dikikutkan dalam gerakan ini pula murid-murid madrasah al-Khoiriyah yang sudah dewasa, dimana para pimpinann madrasah adalah pimpinan-pimpinan Masyumi juga. Jumlah anggota resmi tidak diketahui.
3. PENDIRI dan PENGGERAKNYA
Gerakan Hizbullah didirikan oleh partai masyumi dimana ketua partai masyumi Kuala Tungkal waktu itu adalah H. MO. Bafadahl. Ketua dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh bagian-bagian. Ketua bagian penerangan yaitu K. M. Ghozaly, ketua bagian pembelaan Kemas Dung dan ketua bagian keuangan Jang Cik yang dibantu Demang Toha. Sedangkan para pioneer yang merupakan motor gerakan ini adalah pimpinan/pengurus Hizbullah. Mereka itu adalah H. Hanafy sebagai komandan resimen gerakan Hizbullah. Cik Kecik: kepala staf umum, Kemas Dung, kepala bagian pertempuran, Muhammad Saman Syamsuddin: kepala bagian pendidikan/latihan. Mereka ini tokoh-tokoh yang mengkoordinir dan menggerakkkan yang tak kenal lelah dan tak ada pamrih.
4. Peranan yang Dimainkan
Sebagai gerakan dalam bidang pembelaan yang sengaja dibentuk karena situasi membutuhkannya. Hizbullah mempunyai peranan yang sangta penting. Di samping sebagai salah satu wadah mengkoordiner, mengobarkan semangat-semnagat berjuang rakyat, juga mempeloporinya. Dengan parade-parade yang diadakan bersama dengan TNI. Menunjukkan kebolehannya, memberikan kesan bahwa pertahanan di Jambi sangat kuat dan siap tempur menghadapi setiap kemungkinan yang mengancam keselamatan Negara. Pihak Belanda yang ingin menjajah kembali juga menganggap demikian, maka sewaktu agresi Belanda masuk ke Jambi, mereka menggerakkan pasukan yang luar biasa banyaknya.
5. Markas, Peralatan dan Latihan
Pusat/markas gerakan Hizbullah berlokasi di Simpang Empat jalan Garuda Jambi. Markas ini menjadi satu komplek dengan markas partai Masyumi. Karena pimpinan-pimpinan Madrasah al-Khoiriyah dan anggota-anggotanya banyak dari murid-murid madrasah-madrasah tersebut, maka di samping markas resmi di Simpang Empat jalan Garuda juga di komplek Madrasah al-Khoiriyah yang juga di jalan Garuda tidak jauh dari markas resminya. Sewaktu Belanda mengadakan agresi ke Jambi, gedung madrasah ini menjadi sasaran penembakan tentara belanda karena banyak senjata tertancap disana.
Peralatan persenjataan yang dimiliki gerakan Hizbullah hanyalah senjata bambu runcing, kecuali komandannya yang mempunyai senajata api. Hal ini dimaklumi karena Hizbullah adalah gerakan dari massa, begitu juga kondisi pemerintah yang belum memungkinkan untuk mempersenjatainya. Persenjataan bagi anggota TNI sendiri baru dari hasil rampasan tentara Jepang ditambah membeli dari Singapura secara sembunyi-sembunyi melalui pedagang karet.
Latihan perang gerakan Hizbullah dilakukan secara rutin tia-tiap minggu. Tempat latihannya di lapangan Sipin. Latihan ini diikuti segenap anggota dengan pelatihnya pimpinan Hizbullah dan kadang-kadang dari TNI.
6. Hubungan Dengan Pasukan Griliya Lain dan Aksi yang Pernah Dilakukan
Sebagaimana dilakukan dalm latihan, gerakan Hizbullah selalu bekerjasama dengan TNI. Juga dengan barisan Sabilillah sewaktu tentara Belanda mengadakan agresi ke Jambi kles pisik belum pernah terjadi karena kekuatan yang tidak berimbang, sehingga sistim yang digunakan adalah mundur dengan griliya. Persenjatan TNI yang dibeli dari Singapura ternyata banyak yang sudah afkir, sehingga peralatan yang tadinya dianggap kuat kenyataannya meleset. Dalam perlawanan, politik bumi hangus mulai dijalankan. Mereka mundur ke daerah pedalaman, meneruskan perjuangan dengan griliya serta memutuskan jembatan-jembatan untuk menghambat komunikasi Belanda.
Pemerintahan sipil dan militer kembali ke kota Jambi pada bulan Desember 1945. sesudah itu Komandan Resimen TNI mendatangi pimpinan Hizbullah meminta supaya anggota menolak. Yang menolak ini kemudian masuk GPPI sebagai anak Masyumi dalam bidang politik.
No comments:
Post a Comment